INDIRA MANDASARI, SENYUMAN ITU MENENTRAMKAN
Sejak remaja Indira Mandasari mengakrabi beragam aktivitas. Salah satu yang membanggakannya saat duduk di bangku Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) terpilih menjadi pasukan PASKIBRA tingkat Provinsi Sulawesi Selatan. Didikan dan latihan dengan disiplin tinggi selama menjadi PASKIBRA, sangat membantu dalam perannya sebagai pramugari saat ini.
“Menjadi pramugari itu tidak mudah, dibutuhkan kedisiplinan tinggi. Tidak boleh telat bahkan lengah sedikitpun selama bertugas. Itulah mengapa saya sangat mencintai pekerjaan ini, karena memang sudah menjadi cita-cita saya sejak kecil,” tutur putri dari pasangan suami-istri Octavianus Cerry Parinding dan Mariana Pamote itu.
Gadis yang karib disapa Dhyra ini mengaku sangat bersyukur impiannya menjadi kenyataan. Memang sejak kecil Dhyra ingin sekali menjadi seorang pramugari. Setiap kali diajak orang tua bepergian naik pesawat, Dhyra selalu melihat pramugari itu cantik-cantik. Selain cantik, juga memiliki kesempatan mengunjungi berbagai daerah di dalam negeri hingga luar negeri.
‘’Sebagai anak tunggal, sedari belia saya sudah diajar untuk bisa hidup mandiri. Memang lumayan berat juga, apalagi saya masih suka merasa sedih jika harus jauh dari orang tua,” tutur gadis penyuka novel karya Tere Liye dan film-film bergenre action ini.
Banyak hal menarik selama bertugas, baik suka maupun duka. Beragam karakter penumpang sudah Dhyra hadapi. Dan salah satu tips dalam menghadapinya adalah dengan senyum. “Apapun masalah yang terjadi, baik itu pada penumpang atau sesama teman sekerja, pertama saya hadapi dengan senyum dan mau mendegarkan. Senyuman itu dapat menentramkan hati,” lanjut pemilik postur 170 cm yang lahir dan besar di Palopo Sulawesi Selatan ini.
“Kita harus rendah hati, ikhlas, dan selalu bersyukur dalam situasi apapun. Ini yang selalu menjadi prinsip dimanapun saya berada. Saya sangat senang dapat bekerja diantara sesama pramugari. Bagi saya, mereka adalah rekan-rekan kerja yang luar biasa. Kami berasal dari berbagai macam suku dan budaya, tapi di sini kami diajarkan untuk bersatu tanpa membeda-bedakan suku, agama, dan ras. Karena kalau kami bersatu maka tujuan kami dalam pekerjaan akan tercapai,” ujar gadis yang tergabung dalam Batch 209 ini menutup perbincangan sore di Tugu Kunstkring Paleis, Jakarta.
https://issuu.com/lionmagazine/docs/lionmag_april_2018