ASA MENJAGA HARTA KARUN KEMARITIMAN NUSANTARA
Teks: Dody Wiraseto - Foto: Bayu Indra Kahuripan
Indonesia menjadi bagian Negara yang strategis sebagai jalur perdagangan dunia karena wilayahnya yang didominasi oleh lautan.
Seperti halnya bangsa China yang mengarungi samudra bersama muatan kapalnya ke berbagai belahan dunia pada abad ke-6. Sayang, kebanyakan mereka mengalami karam di wilayah perairan Indonesia. Alhasil, beragam “harta karun” bangkai dan muatan kapal tersebut tertimbun di dasar laut wilayah Indonesia.
Asa untuk menyelamatkan sisa-sisa harta karun yang sebagian berisi muatan dan puing-puing bangkai kapal diupayakan, bahkan hingga sekarang. Salah satu galeri penyimpan benda muatan kapal tenggelam tersebut adalah Marine Heritage of Gallery, dalam naungan Kementerian Kelautan Indonesia.
Koleksi masterpiece dari Dinasti Tang, China tidak luput dari perhatian kita. Pasalnya kargo yang ditemukan di Bangka Belitung ini yakni koleksi artefak tunggal terbesar berupa puing-puing kapal—”harta karun Tang” dan kapal dhow Arab. Ini sekaligus membuktikan hubungan perdagangan antara Arab dan Tiongkok dalam abad ke-9 tersebut.
Muatan seperti keramik, guci, kendi rempah, botol tinta, guci abu pemakaman dan kotak perak Dinasti Tang juga turut memperkaya koleksi di galeri mini ini. Mangkuk Changsa yang sebagian dihias tangan dengan kuas geometris dengan kombinasi warna merah dan hijau menyerupai tulisan Arab turut memperkuat hubungan China dengan Negara di Timur Tengah tersebut.
Juga langgam keramik dengan glasir berwarna hijau muda (green splash ware) yang biasanya juga ditemukan di Iraq Abbasanit, Kota Samara. Keramik ini berasal dari tungku Gongxian, Provinsi Henan. Produk keramik glasir hijau ini diketahui sebagai tiruan dari Iraq, yang dibuat khusus di Timur Tengah.
Tercatat sebabyak 60 ribu keping keramik artefak dieskavansi, khususnya Changsha, juga ratusan botol, tempayan berisi rempah, teko dan dadu. Tidak hanya Dinasti Tang yang memiliki banyak muatan keramik, juga Dinasti Song (abad ke-11), Dinasti Yuan (abad ke-13), Dinasti Ming (abad ke-16), Dinasti Qing (abad ke-17).
Banyaknya keramik yang dibawa oleh China sekaligus menjawab bahwa negara tersebut dikenal kerap membawa artefak keramik sebagai kargo yang mereka produksi. Dan diperdagangkan ke banyak negara. “Sementara pedagang di negara barat, seperti Portugis, Spanyol, dan Belanda lebih banyak membawa keperluan mereka sehari-hari, seperti piring, gelas, dan peralatan lainnya,” ujar pemandu Marine Heritage of Gallery, Elmar Simanjutak.
Dinasti Tang juga menyimpan kekayaan—berupa cangkir emas dengan gambar orang dalam beragam adegan. Seperti gambar pemusik dan penari Persia. Juga teko perak besar yang dihiasi ukiran berciri khas Arab.
Selain kargo yang ditemukan di kawasan Belitung, ada juga kargo Cirebon yang memuat benda bergengsi yang terbuat dari emas, batu mulia, dan kristal. Teka-teki Kargo Cirebon terpecahkan setelah penemuan botol keramik asal China yang dijuluki Liao. Sebagaimana keramik ini berasal dari periode Lima Dinasti abad ke-10. “Kebanyakan artefak yang ditemukan di kargo ini seperti halnya cendera mata diplomatik,” kata dia.
Seperti halnya gagang pedang dari emas berbentuk octagonal yang pangkalnya berlubang, dan terdapat motif titik-titik dan segitiga, serta suluran dedaunan dengan ujung meruncing. Juga seperangkat perhiasan terbuat dari emas dan permata, serta kalung berukiran, cincin, anting-anting, serta mangkuk oval. Dan keindahan lampu, cermin,, bahan baku logam seperti lantakan timah dan tembaga, serta kepingan uang.
Sayang, kata Elmar bahwa dia bisa memastikan adanya orang-orang yang telah mendahului upaya pengangkatan di tahun 2004 tersebut. Sebab “harta karun” berupa emas, permata, bahkan uang logam pun sangat berharga. Banyak di antara “pencuri” yang sangat cepat untuk mengambil sisa-sisa harta karun tersebut dibandingkan pihak berwajib. Beberapa di antara mereka bahkan ada yang menggunakan bom yang merusak ekosistem laut.
“Karena sebelum melakukan pengangkatan harus menganalisis dan mengkaji tempatnya apakah ditumbuhi terumbu karang atau ekosistem lainnya. Sementara mereka tidak,” kata dia.
Kebanyakan, sambung Elmar bahwa penyelam tersebut bisa menjual hasil harta karun berharga tersebut kepada penadah dengan harga yang sama sekali jauh daripada nilai sesungguhnya. Seperti harga perkilogram uang koin hanya bisa dihargai ratusan ribu saja.
Memang, jika dibiarkan lama, artefak-artefak penting di bawah laut bisa ditumbuhi terumbu karang hingga berkembang menjadi sebuah ekosistem. Di satu sisi, tidak memungkinkan untuk melakukan pengangkatan karena akan merusak terumbu karang. “Upaya yang bisa dilakukan adalah dengan menjadikannya wilayah konservasi,” kata dia.
https://issuu.com/lionmagazine/docs/lionmag_september_2019